hello gais, maaf lama tidak publish artikel lagi :( taps tenang ,sekarang inshaAllah bakalan istiqomah lagi deh hehe.. ini ada antopologi dari salah satu desa yang ada di kabupaten Kudus . Desanya mimin ini wkwk . semoga dengan membaca ini jadi menambah pengetahuan yap wkwk.
Asal Muasal Desa
Jatiwetan
Desa Jati Wetan merupakan desa yang terletak di Kecamatan
Jati, Kudus, dengan luas wilayah sekitar 262,14 Ha atau sebesar 9,97 persen
luas Kecamatan Jati. Yang mana terbagi berdasarkan jenis penggunaan lahannya,
yang digunakan untuk persawahan seluas 127,52 Ha dan yang bukan lahan sawah seluas
134,62 Ha. Tercatat penduduk yang mendiami wilayah bukan sawah di desa Jati
Wetan berjumlah 8.618 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 4.140 orang dan
perempuan sebanyak 4.440 orang.
Lalu, bagaimana dengan sejarah berdirinya desa ini? Menurut
Kepala Desa Jatiwetan Bapakn Suyitno, sejarah desa Jati Wetan, tidak terlepas
dari tokoh yang dipercaya sebagai pendiri Desa Jati Wetan, yakni Mbah
Surgidjati. “Sebagai tokoh yang sangat dihormati oleh warga masyarakat Desa
Jati Wetan. Setelah wafat, beliau dimakamkan di Desa Jati Kulon,” jelasnya. Kenapa
makamnya ada di luar desa, Suyitno menuturkan, dahulu Desa Jati Kulon dan Jati
Wetan tergabung menjadi satu desa, namanya Desa Jati. Pada saat Pemerintah
Belanda berkuasa di Indonesia, muncul kebijakan untuk memecah atau membagi satu
desa menjadi beberapa desa. Alasannya untuk membatasi wilayah kekuasaan seorang
kepala desa, agar tidak terlalu luas sehingga lebih memudahkan tugasnya. “Saat
itu, di antara desa yang dipecah adalah Desa Jati, menjadi Desa Jati Wetan dan
Jati Kulon,” papar Kades.
Berkah apakah yang hingga kini dirasakan oleh warga
masyarakat Desa Jati Wetan, sepeninggal beliau? Masih kata Suyitno, Mbah
Surgidjati selain seorang ulama ahli agama Islam, juga mumpuni di bidang
pertanian. Dengan kepiawaiannya, hamparan lahan yang semula tidak bisa ditanami
di Desa Jati, diolah menjadi sawah yang subur dan menghasilkan padi yang
melimpah. “Sampai sekarang, warga masyarakat Desa Jati Wetan, masih merasakan
berkah dari Mbah Surgidjati itu. Sawah yang subur dan hasil panennya selain
bagus juga banyak.”
Mengenai peninggalan Mbah Surgidjati di Desa Jati Wetan yang hingga kini masih bisa dilihat, adalah Masjid Baitul Muttaqin. Masjid yang terletak di Gang Abiyoso, Desa Jati Wetan RT 03/RW 02 itu, kalau dilihat sekilas terlihat seperti Masjid-masjid biasa pada umumnya. Namun jika diperhatikan lebih dalam, pada bagian depan Masjid tersebut ada sebuah gapura yang belum sempurna bentuknya. Karena itulah, gapura ini disebut Gapura Protol. Gapura yang masuk dalam daftar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kudus, sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB) itu, konon merupakan peninggalan Mbah Surgijati dan Mbah Wadat. Menurut cerita, ketika membangun gapura tersebut Mbah Surgijati kemanungsan (ketahuan oleh manusia -red) yang kala itu orang tersebut sedang mengambil daun di sekitar areal itu. “Selain Gapura Protol, bangunan yang masih asli peninggalam Mbah Surgidjati adalah Mustaka, Kayu Jati Mustaka, Jemblok (imbangan -red) dan Bencet (jam matahari -red),” kata Kades yang sudah dua periode menjadi orang nomer satu di desanya itu.
Untuk mustaka, sampai sekarang masih bisa di lihat di bagian
paling atas Masjid Baitul Muttaqin. Konon, mustaka tersebut merupakan hadiah
dari Sultan Agung Hanyakrakusuma, Yogyakarta. Juga kayu jati mustaka, terbuat
dari kayu jati kuno yang kokoh terdapat angka tahun 1414 M. Sedangkan untuk
Jimbangan yang mempunyai garis tengah sekitar 1 meter, kini difungsikan sebagai
bak air tempat berwudlu. Juga Bencet sebagai penunjuk waktu salat, sudah tidak
difungsikan lagi karena tergeser oleh perkembangan teknologi.
Thank you :)
Avaiable me on :
Instagram @eka.syam_pu3
Twitter @SamsiatiEkaa
YouTube : Eksam Putri